Senin, 04 Januari 2016

Spartan Race, Lari Penuh Rintangan Bikin Ketagihan

Aktivitas berlari menaklukkan tantangan menempuh jarak cukup panjang dengan medan berat dikelilingi hutan, sungai hingga gunung bersalju laiknya candu membuat Nadia Budiman ketagihan. Wanita asal Semarang yang kini menetap di Los Angeles California itu bahkan sudah menyelesaikan 34 kompetisi Spartan Race di sembilan negara bagian Amerika Serikat sepanjang tahun 2015.

TAK hanya butuh fisik yang kuat saja dalam kompetisi ini tetapi juga kelincahan dan strategi untuk menaklukkan obstacle atau rintangan yang tidak mudah hingga garis finish. Rintangan kawat berduri yang harus dilalui dengan merangkak, memanjat dinding kayu lebih dari 3 meter, panjat tali, mengangkat ember berisi batu atau karung pasir dalam jarak tertentu, membawa batang kayu, berguling di lumpur atau melewati sungai, bergelantungan di atas ring, menggiring ban truk, melemparkan tombak hingga melewati api mampu memompa adrenalin ribuan pesertanya.
Spartan Race yang pertama kali digelar di Vermont, negara bagian AS pada tahun 2010 itu diikuti ribuan peserta dengan tingkat kesulitan yang luar biasa. Alumni SMP Domenico Savio yang melanjutkan sekolah menengahnya di Australia dan kuliah di LA California awalnya tak begitu tertarik. Namun karena ajakan teman, perlahan Nadia yang sudah tinggal di LA selama 15 tahun terakhir itu pun jatuh cinta dengan olahraga tersebut.
''Sekitar 9 tahun lalu, semula lari biasa dulu 5 km, setelah dua tahun baru 10 km juga ikut <I>half<P> marathon sekitar 21 km baru dua tahun berikutnya ikut full marathon 42 km. Tetapi kalau disuruh lagi saya nggak mau susah banget dan sangat berat kalo harus full marathon. Sekarang setelah rutin lari stamina tubuh juga lebih fit dan sehat,'' ungkap wanita kelahiran 17 Oktober 1981 itu yang ditemui di sela liburannya di rumahnya Jalan Sembodro 2B/19 Pondok Indraprasta Semarang, baru-baru ini.
Risiko Terkilir
Dalam Spartan Race ini sebenarnya ada tiga tipe yang bisa diikuti yakni Sprint sekitar 5-8 km dengan sekitar 20 rintangan, Super berjarak antara 13-16 km dengan lebih dari 24 rintangan lalu yang terakhir adalah Beast. Kategori terakhir ini paling berat karena jaraknya bisa mencapai 19-24 km dengan jumlah rintangan sebanyak 30. Jika kita tidak bisa melalui rintangan pun akan ada penalti atau hukuman berupa 30 kali <I>burpee<P>, berupa beberapa gerakan yang didalamnya ada seperti melompat, push up dan squat jump. Mereka yang berhasil sampai garis finish dan melewati semua rintangan akan mendapatkan medali sebagai <I>finisher<P>.
Kumpulan medali ini sangat berarti bagi Nadia yang kini bekerja di salah satu perusahaan semikonduktor sebagai Application Engineer tersebut. Even lari yang diselenggarakan di berbagai negara bagian ini juga membuatnya bisa melihat tempat-tempat luar biasa lainnya selain tempat tinggalnya saat ini.
 ''Banyak tempat yang saya kunjungi, biasanya even itu sudah terjadwal rapi dan bisa dilihat di webnya Spartan. Hampir tiap weekend atau paling tidak sebulan dua sampai tiga kali ada kompetisinya. Di awal tahun kemarin saja ada empat even di Orlando selama 4 hari berturut-turut, kalau di LA setahunan kemarin hanya ada 12 race. Kompetisi ini bikin saya ketagihan terus dan terus,'' papar istri Jeffry Diwas, warga AS keturunan Filipina itu. Walaupun risikonya tinggi mulai dari lecet-lecet, terkilir, hingga patah tulang namun itu semua tak mengurangi kecintaan Nadia pada olahraga beroktan tinggi itu. Persiapan fisik hingga outfit seperti baju dan sepatu lalu pelindung kaki/tangan tak boleh ketinggalan. Selain latihan fisik secara rutin, makanan yang dikonsumsi pun juga tinggi protein dengan buah dan sayuran.
Di Indonesia, kompetisi semacam Spartan Race ini jarang digelar. Ada juga yang hampir mirip seperti even Urbanathlon yang pernah digelar di GBK Senayan belum lama ini. Namun di Amerika, Spartan Race seolah sudah menjadi semacam lifestyle yang diikuti berbagai kalangan dan tingkatan usia bahkan mereka yang mengalami keterbatasan fisik. Mantan tentara yang cacat fisik kehilangan tangan atau kaki akibat perang misalnya, banyak juga yang berpartisipasi dalam even ini.
''Ada beberapa teman di Indonesia bahkan harus pergi ke Singapura atau ke negara lain untuk bisa mengikuti even itu. Tapi yang saya suka karena kalau di AS kita berkompetisi di alam yang masih alami dengan pemandangan yang indah dan medannya berbeda, tidak sekadar hanya di stadion yang pastinya akan berbeda situasinya jika kita berlari di hutan misalnya atau seperti di Colorado dimana kita merangkak di atas salju atau melintasi sungai glacier. Sangat menyenangkan,'' imbuh putri tunggal pasangan Wiek Agus Budiman dan Edith Suganda. (Modesta Fiska-)

Pics by Nadia Budiman
Thanks Nad for sharing!


www.suaramerdeka.com
my business






Tidak ada komentar:

Posting Komentar