Rabu, 30 Desember 2015

Rumah Fletterman Jadi Pusat Kegiatan Sosial Yayasan Mardi Waluyo

KESAN seram dan tidak terawat bisa jadi muncul dalam benak kita saat melihat sebuah rumah kuno yang berada di pertemuan ujung ruas Jalan Kyai Saleh dan Jalan Veteran. Rumah milik keluarga Fletterman di lahan seluas 3.602 m2 itu mungkin terlihat menyeramkan bagi sebagian orang yang melintas. 
Namun itu dulu karena sekarang aset yang berada di Jalan Kyai Saleh 15 ini telah dihibahkan kepada Yayasan Mardi Waluyo Semarang (YMWS) dan di bagian dalam secara bertahap telah direnovasi karena struktur bangunan yang sempat sedikit turun. Proses renovasi pun tak bisa sembarangan karena termasuk bangunan tua dan cagar budaya sehingga perlu menggandeng arsitek khusus dalam pembenahannya.
Hibah tanah dan bangunan sendiri disampaikan Max van der Sluys Veer dan istrinya Elly Krisanti pada 23 Desember 2012 kepada pengurus yayasan diantaranya Prof DR Dr Hariyono Soeyitno SpA(K) selaku pembina dan istrinya, Kantiningsih lalu juga Ny Oerip Lestari sebagai pengawas yayasan. 
Keluarga Fletterman yakni Corry Fletterman Smith adalah istri pejabat Belanda yang merupakan salah satu pendiri YMWS dan banyak berjasa dalam kegiatan sosial serta terbentuknya yayasan yang didirikan di zaman Belanda tahun 1914 dimana awalnya bernama <I>Vereeniging tot Bevordering van de Inlandsche Ziekenverpleeging<P>.

Setelah Corry Fletterman meninggal, pekerjaan sosial dilanjutkan oleh putranya, Max dan seluruh perhatiannya difokuskan untuk membangun yayasan. Saat Max meninggal, Oma Elly (begitu kerap disebut) tinggal sendirian menempati rumah besar dengan beberapa kamar yang luas itu. Kini penghuni terakhir yang menempatinya, Oma Elly baru saja meninggal dunia sekitar dua bulan silam dan dimakamkan di Mount Carmel Ungaran.

Hibah dilakukan atas pertimbangan menghormati jasa Corry Flettermen yang sudah menyumbangkan pikiran, usaha dan dananya untuk perkembangan yayasan. Selain itu juga melihat dedikasi Max van der Sluys Veer selaku pengurus untuk mempertahankan yayasan yang sempat mengalami titik kebangkrutan karena sejumlah asetnya dijual oleh pengurus lama. Regenerasi pengurus yang kini sudah mulai berjalan baik sekaligus diharapkan bisa jadi solusi untuk menghidupkan kembali suasana dan melestarikan rumah tua peninggalan jaman Belanda itu.

Prof Hariyono yang ditemui di sela kegiatan sosial YMWS mengungkapkan, revitalisasi yayasan terus dilakukan setelah pasang surut yang terjadi dalam kepengurusan. Saat itu Rumah Bersalin Mardi Waluyo pun ditingkatkan namanya menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak Mardi Waluyo (RSIA) yang jaya di era 1960-1980an. Sebagai pemilik RSIA sebenarnya yayasan berhak memeroleh keuntungan finansial dari unit kegiatan yang berada di bawah naungannya. 

Tapi sekitar tahun 1987-2003 situasinya kurang kondusif dan setelah itu dibentuklah kepengurusan baru. Pada 23 Oktober 2003, pengurus yayasan baru bekerjasama dengan Hermina Group dalam hal ini PT Medika Loka Utama Jakarta. Lalu pada 18 Desember 2003, penandatanganan kerjasama operasional antara Medika Loka Utama dan RSIA Mardi Waluyo serta notaris dilakukan. Bangunan di Jalan Pandanaran 24 diserahkan kepada Medika Loka Utama untuk dibangun dan dikelola dengan nama RS Hermina Pandanaran.

''Yayasan mendapatkan 30% bersih dari sisa hasil usaha rumah sakit dan ini dipakai untuk kegiatan sosial, semua dipertanggungjawabkan dengan transparan ada audit akuntan publik dan kami pun juga membayar pajak,'' papar guru besar Undip yang berusia 84 tahun itu.
Ke depan, yayasan ingin mengoptimalkan misi sosialnya dengan berkegiatan di rumah tersebut dan menggandeng sejumlah lembaga sosial. Pihaknya ingin
menitikberatkan misi di bidang kesehatan dan pendidikan ibu dan anak karena tujuan akhirnya bisa menurunkan angka kematian ibu bersalin juga angka kematian bayi. ''Ke depan bisa jadi kita ada membuka klinik kecil. Dulu rumah ini banyak disinggahi turis Belanda yang menginap. Ke depan bisa saja dioptimalkan untuk homestay karena rumah ini sangat indah tunggu sampai selesai direnovasi ya,'' ujarnya. (Modesta Fiska- www.suaramerdeka.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar