Minggu, 22 November 2015

Hati-hati, Wanita Rentan Kena ISK

Tahu nggak sih kalau kaum wanita itu lebih rentan terkena ISK?

Yess, salah satunya karena saluran uretra pada perempuan lebih pendek ketimbang para laki-laki. Uretra wanita hanya sekitar 4 cm sedangkan lelaki sekitar 25 cm jadi kuman akan lebih mudah masuk. Meski ISK lebih banyak disebabkan oleh bakteri, tapi jamur dan virus juga bisa loh menginfeksi saluran kemih.

Tapi apa hanya karena itu aja?

Perlu temen-temen ketahui juga AKTIVITAS SEKSUAL juga bisa memindahkan bakteri dari saluran cerna sekitar anus ke kandung kemih. Kalau bakterinya buanyak bisa saja memicu ke arahh ISK.
Masih penganten baru? Ada namanya honeymoon cystitis atau infeksi kandung kemih ketika bulan madu heehehe… Hati-hati gaess kondom lateks yang menyebabkan peningkatan gesekan selama berhubungan bisa mengiritasi kulit dan meningkatkan risiko ISK pada beberapa orang.

Nah KEBIASAAN CEBOK yang salah menyeka dari belakang ke depan setelah buang air besar/ kencing bisa menyeret bakteri dari area dubur menuju saluran kencing. Lalu pada penderita DIABETES juga rentan mengalami ISK. Kekurangan hormone Estrogen pascamenopause sedikit banyak berpengaruh pada keberadaan bakteri baik di jalan lahir.

Jadi kalau temen-teman merasakan seperti ini anyang-anyangen (bahasa Jawa) apa ya pengen pipis terus tapi keluarnya sedikit-sedikit, lalu ada rasa panas atau nyeri ketika kencing, kemudian urine yang keruh atau bahkan berdarah serta rasa nyeri di bawah pusar atau daerah rectum maka sebaiknya mulai WASPADA yaaa…

Pengobatan antibiotic ini paling disarankan untuk ISK. Brazillian propolis Moment merupakan antibiotic alami moms. Kandung Flavonoid pada propolis dari Brazil ini tertinggi sekitar 5,9% dan terbaik di dunia (Majalah Trubus Edisi Januari 2010). Makin tinggi flavonoid makin tinggi pula efektivitasnya dan dalam satu botol Brazillian Propolis Moment itu kandungan flavonoid-nya hampir 6%.

Daann ini nih beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk membantu mencegah ISK :
1. Cebok dengan menyeka dari depan ke belakang
2. Minum air putih yang banyak 8 gelas/hari
3. Setelah berhubungan suami istri jangan lupa minum air putih ya
4. Eitss, jangan suka nahan kencing hingga berjam-jam
5. Kalau sering menggunakan celana yang ketat dikurangi ya atau dihindari sekalian dan usahakan dikeringin betul ya habis dari kamar mandi biar gak lembab

Oh ya just for your info, brazillian propolis Moment ini sudah ditambahkan rasa MINT yang enak (anak-anak juga suka) lalu berteknologi NANO dan bebas WAX/LILIN lebah yang dalam penggunaan cukup lama akan menimbulkan kerak di dinding lambung dan memengaruhi kerja ginjal nantinya…
Ih syerem kannn jadi mending konsumsi propolis yang AMAN saja donk.. Pilih Propolis ya Cuma Brazillian Propolis Moment

Boleh dishare ya semoga bermanfaat barangkali ada teman yg membutuhkan.. Thank you

More info pls PM

Modesta Fiska
BB 2A879BEA | HP/WA 081325743939

Klik here for join business
My Facebook

‪#‎bestpropolis‬
‪#‎brazillianpropolis‬
‪#‎brazillianpropolismoment‬
‪#‎antibiotikalami‬
‪#‎bioflavonoid‬
‪#‎infeksisalurankencing‬
‪#‎infeksisalurahkemih‬
‪#‎salurankencing‬
‪#‎komplikasi‬
‪#‎ginjal‬

Pemimpin itu Panggilan Bukan ''Sambilan''


Jadi seorang pemimpin itu tidak cukup hanya punya kecerdasan ataupun tangan yang cekatan namun juga sebuah panggilan berbekal keteladanan. Pun dengan tiga calon walikota dan wakilnya yang akan memimpin Kota Semarang. Masyarakat khususnya umat beragama Katolik tentu menginginkan pemimpin yang menekankan pada pentingnya harkat dan martabat manusia sesuai prinsip ajaran sosial gereja.

SUASANA gayeng sejak awal sudah menyeruak dalam diskusi Public Hearing ''Harmoni untuk Semarang'' dengan moderator Den Baguse Ngarso di Gedung Sukasari Gereja Katedral Semarang, akhir pekan lalu. Kegiatan yang digelar Penghubung Karya Kerasulan Kemasyarakatan (PK3) Kevikepan Semarang itu jauh dari kesan adu mulut atau debat kusir yang seringkali kita lihat di televisi saat para calon walikota diminta hadir dalam sebuah acara.

Atmosfer kekeluargaan justru makin terasa karena Romo moderator PK3 YB Haryono MSF sengaja meminta calon walikota membawa serta istrinya. Pada kesempatan itu cawali nomer urut 1 Soemarmo HS datang bersama istri serta wakilnya Zuber Safawi, begitu juga calon wakil walikota nomer urut 3 Agus Sutyoso yang membawa serta istri serta putranya karena Sigit Ibnugroho berhalangan hadir. Sementara Hendrar Prihadi, cawali nomer urut 2 datang dengan calon wakilnya saja Hevearita Gunaryanto Rahayu.

Menurut Romo Haryono, jadi pemimpin itu adalah sebuah panggilan dan bukan ''sambilan'' dimana harus berani menjumpai, mendengarkan serta berbela rasa. ''Tidak menjumpai karena banyak sedikit kekayaan, suku terbesar atau terkecil tetapi menjumpai secara pribadi. Pemimpin mengerti rakyatnya dan bisa menjadi berkat bagi masyarakat. Keteladanan yang dibutuhkan pada jaman sekarang tak hanya kesederhanaan tapi juga kejujurannya,'' ungkap Romo Haryono menyampaikan pengantar di hadapan ratusan perwakilan umat Katolik serayon Semarang serta organisasi sosial kemasyarakatan Katolik.

Den Baguse Ngarso pun langsung melempar pertanyaan kepada para calon pemimpin kota ini dengan menanggapi hal menarik apa yang disampaikan romo Haryono. ''Apa menurut anda yang menarik disampaikan romo tadi? Kata-katanya saja ya, kalau orangnya nggak usah ditanggapi wong gak menarik,'' seloroh Den Baguse disambut tawa umat.

Soemarmo menyatakan sangat penting pemimpin bisa menciptakan kesehjateraan warganya dan seperti apa sikap yang harus dilakukan. Sedangkan Hendrar Prihadi yang akrab disapa Hendi mengaku tertarik ketika romo menyampaikan bagaimana umat Katolik harus berpartisipasi aktif menggunakan hak pilihnya. Agus melihat bagaimana pentingnya keteladanan dan kedekatan dengan masyakat.

Dalam hal kesiapan pasangan (wakil walikota) bertugas ke depan juga jadi obyek pertanyaan.

''Kita tahu kalau ada walikota yang berhasil itu yang terkenal ya walikotanya. Kalau gagal ya sampeyan (wakilnya) melu ditotoki. Bagaimana menurut anda,'' tanya seniman yang punya nama asli Susilo Nugroho itu.

Hevearita menegaskan sebagai wakil seperti kepala dengan kaki, dirinya bersama Hendi selalu melengkapi. ''Itu tanggungjawab bersama. Kami siap,'' ujarnya. Zuber pun menyatakan, jika melakukan tugas dengan ikhlas sesuai hati nurani maka seberat apapun dengan tekanan luar biasa atau tidak pasti akan lebih siap. Senada, Agus berpendapat keikhlasan itu yang utama sebab dengan ikhlas, stres bisa dikelola dengan baik apalagi dengan dukungan keluarga.

Para calon itu pun diajak ''ngrasani'' pemimpin yang memberikan kesan atau diidolakan. Bagaimana program mereka bisa diaplikasikan di Kota Semarang. Lalu diminta pendapat soal apa saja kebaikan para istri yang setia mendampingi di tengah kesibukan hingga nanti akhirnya menjadi istri seorang walikota.

''Istri saya orangnya sangat setia dalam kondisi apapun. Dan beliau gemar berpuasa Senin-Kamis bahkan juga di weton anak-anaknya,'' ujar Soemarmo.

Hendi meski istrinya tidak ikut hadir tetapi mengaku bahwa dukungan istri sangat luar biasa di tengah kesibukannya. ''Cantik itu relatif. Tapi yang jelas beliau sangat bisa mengerti kesibukan saya,'' ujarnya.

Sementara Agus yg pernah menjabat sebagai Dirut PDAM Semarang itu mengaku sangat didukung istrinya untuk maju dalam pilkada. ''Sampai nanti jika terpilih pun kita tetap tidak bisa melupakan peran sebagai kepala rumah tangga. Tetapi yang jelas istri sudah mengetahui betul kesibukan dan terus mendukung karir saya,'' ungkapnya.

Hingga <I>closing statement<P> umat yang hadir pun dibuat terkejut karena Soemarmo menyanyikan lagu ''Bagi Tuhan Tak Ada yang Mustahil''. Lagu rohani universal ini dinyanyikan begitu menyentuh dan hampir sempurna kalau menurut saya sebagai pendengar. Belakangan baru saya tahu Soemarmo hanya berlatih sehari sebelumnya selama beberapa jam saja.

Agus Sutyoso pun tak mau ketinggalan menyanyikan ''Unchained Melody'' sembari sesekali melirik ke text dari ponselnya. Berbeda dengan dua calon lainnya Hendi dan Ita menutup acara dengan menyampaikan dukacita atas meninggalnya Uskup Mgr Johannes Pujasumarta dan meminta umat berpartisipasi memberikan hak pilihnya pada 9 Desember nanti.

Jadi umat Katolik jangan sampai apolitis dan tidak peduli pada momentum pilkada nanti ya. Bagaimanapun kita diharapkan bisa berpartisipasi memberikan suaranya untuk memilih calon pemimpin Kota Semarang lima tahun ke depan. Pilih sesuai hati nurani, pilih yang memiliki prinsip pemimpin seperti ajaran rohani Katolik dan seperti kata Romo Haryono pilih pemimpin yang bisa mengubah sejarah bukan hanya sekadar bisa ikut arus mengalir saja mengikuti sejarah. (Modesta Fiska-)

Klik My Facebook
Klik My Business 

Minggu, 15 November 2015

Situasi ''Kritis'' Dihadapi Para Uskup yang Berkarya di KAS

Tulisan ini sebenarnya bagian kedua tulisan yang disarikan rekan saya mas Dhoni Zustiyantoro pada seri 1 yang termuat di Harian Suara Merdeka pada hari Sabtu (14/11)... Semoga memberikan sedikit informasi mengenai karya para uskup di Keuskupan Agung Semarang..
Mudah-mudahan setelah Monsinyur Pujasumarta wafat, umat Katolik bisa segera mendapatkan seorang Gembala barunya. Terimakasih untuk Romo Aloys Budi Purnomo Pr yang sudah mereferensikan bukunya berjudul <I>Menyusuri Sisi lain Sejarah Kebun Anggur Tuhan KAS<P> (2012).
Recommended buat dibaca yah bukunya :) :)
--------------------------------
Karya Penggembalaan yang Penuh Tantangan

Perjalanan para uskup yang memimpin di Keuskupan Agung Semarang (KAS) bukan tanpa tantangan. Bahkan ada beberapa masa dimana tahapan itu diselimuti situasi yang ''kritis''.
Mendiang monsinyur Johannes Pujasumarta yang Jumat (13/11) kemarin dimakamkan di kompleks Seminari Tinggi St Paulus Kentungan Yogyakarta merupakan uskup kelima yang ditahbiskan menjadi Uskup Agung Semarang.

<B>GAMBARAN<P> situasi kritis ini bisa dilihat sejak awal penggembalaan Uskup pertama Mgr Albertus Soegijapranata SJ yang ditahbiskan pada 6 November 1940. Uskup pribumi pertama itu melewati masa Perang Dunia II, Perang Jepang dan juga Perang Kemerdekaan. Situasi perang itu juga sempat memicu kepindahan pusat Keuskupan dari Semarang ke Yogyakarta dengan alasan membangun solidaritas dan semangat nasionalisme di masa perang kemerdekaan. Presiden Soekarno saat itu juga memindahkan ibukota Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta.

Meski sudah menjabat uskup namun tak ada tempat tinggal khusus karena sebelumnya hanya tinggal di Pastoran Gedangan. Rencana untuk membangunnya pun sebenarnya sudah ada namun terganjal situasi perang dimana dana dipakai untuk kepentingan yang lebih mendesak atau darurat kemanusiaan. Dan di Jalan Pandanaran 13 itulah rumah baru uskup ditempati. 

Romo Aloys Budi Purnomo Pr dalam bukunya <I>Menyusuri Sisi lain Sejarah Kebun Anggur Tuhan KAS<P> (2012) menyebutkan, ''istana'' atau dalam bahasa Jawa disebut Kanjengan karena Bapak Uskup sering dipanggil dalam bahasa Jawa ''Rama Kanjeng'' itu akhirnya bisa terealisasi pada 20 Mei 1960.

Atas keputusan Bapa Suci Paus Johannes XXIII pada 3 Januari 1961, terjadi perubahan dari Vikariat Apostolik Semarang menjadi Keuskupan Agung Semarang yang termuat dalam Konstitusi Apostolik Quod Christus Adorandus. Mgr Soegijapranata pun meninggal pada 22 Juli di Belanda dan atas permintaan Presiden Soekarno jenasah dibawa pulang ke Indonesia. Atas jasa-jasanya, presiden juga menetapkan monsinyur sebagai Pahlawan Nasional dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Giri Tunggal Semarang.

Situasi kritis lainnya juga dihadapi uskup kedua yakni Romo Justinus Darmojuwono Pr yang ditahbiskan pada 6 April 1964 oleh Uskup Agung Mgr Ottavio De Liva, Duta Besar Vatikan untuk Indonesia. Kondisi sosial politik kebangsaan Indonesia akibat Gerakan 30 September 1965 berujung pada pembantaian orang-orang yang dicap PKI. Mgr Darmojuwono pun memilih lambang Pie Pelicane atau Burung Pelikan yang Baik merepresentasikan pengorbanan Yesus Kristus bagi umatnya. Lambang ini juga tertera pada tongkat uskup

Selanjutnya Paus Paulus VI mengangkat Mgr Darmojuwono sebagai Kardinal Pertama di Indonesia pada 26 Juni 1967. Dan sejak itulah beliau dipanggil Justinus Kardinal Darmojuwono Pr. Saat itu jumlah umat Katolik di KAS mencapai 250.000 tersebar di 54 paroki se-KAS. Di usia 66 tahun, romo kardinal mengundurkan diri dari jabatan pelayanannya sebagai Uskup Agung Semarang pada 3 Juli 1981. 

Setelah itu, Mgr Julius Riyadi Darmaatmadja SJ ditahbiskan sebagai uskup ketiga pada 29 Juni 1983. Beliau juga diangkat sebagai Kardinal kedua sehingga dipanggil dengan sebutan Julius Riyadi Kardinal Darmaatmadja SJ. Romo Kardinal ini pun ditunjuk Paus Johannes Paulus II sebagai Uskup Agung Jakarta pada 11 Januari 1996 sehingga harus berpindah ke ibukota. Saat itu gejolak rezim Orde Baru dimana banyak ketidakadilan serta tindakan represif khususnya terhadap lawan politik orba di masa itu.

Gembala yang menggantikan beliau sebagai uskup keempat adalah Rm Ignatius Suharjo Hardjoatmodjo yang ditunjuk menjadi Uskup Agung Semarang pada 21 April 1997. Lahir di Sedayu Bantul, monsiyur Suharyo sejak kanak-kanak sudah terbiasa menjadi gembala kambing dan itik namun pada saat itu akhirnya menjadi Gembala Umat di KAS. Dengan motto Aku Melayani Tuhan dengan segala kerendahan hati, monsiyur Suharyo menempatkan kerendahan hati melalui pelayanan yang partisipatif dan siap melayani siapapun.

Di dalam penggembalaan Romo Ignatius Suharyo, gerakan Reformasi membuat situasi juga memanas dan kondisi sosial masyarakat yang kacau. Musibah gempa bumi di Yogyakarta dan Klaten dengan korban jiwa serta harta benda juga menjadi tantangan yang tidak mudah.

Selanjutnya uskup kelima yang memimpin KAS adalah Mgr Johannes Maria Pujasumarta. Romo Puja sebenarnya adalah ''wajah lama'' karena sebelumnya pernah bertugas sebagai Vikaris Jenderal KAS periode 1 Agustus 1998 hingga 10 Juli 2008 serta banyak terlibat dalam karya pastoral di KAS. Doktor di bidang Spiritualitas lulusan Universitas St Thomas Aquinas Roma pada 1987 itu lalu ditahbiskan sebagai Uskup Bandung baru pada 7 Januari 2011 Romo Puja disambut sebagai uskup baru dan upacara pelantikannya dilangsungkan di Gereja Katedral St Perawan Maria Ratu Rosario Suci Semarang.

Saat itu, beliau dihadapkan dengan erupsi Gunung Merapi yang dasyat dan menghancurkan sejumlah wilayah di KAS serta peristiwa kekerasan di Temanggung dimana terjadi perusakan gereja St Petrus- Paulus di Temanggung Jateng. 

Meski harus menghadapi kondisi-kondisi yang kritis dalam berbagai aspek sosial kemasyarakatan, namun Gereja Katolik tetap hadir sebagai berkat bagi umat dan memupuk solidaritas serta semangat berbelarasa. (Modesta Fiska- )

Kamis, 12 November 2015

Praoe Lajar (Kita)

Mungkin angin yang berhembus itu sudah lelah

saat kutanyakan padanya kapan kautiupkan sekali lagi
setangkup nafas yang memberiku kehidupan

Mungkin pula ombak lautan yang memecah karang itu
kehabisan kata untuk memeluk riak gelombangnya
hilang ... hingga tak ada lagi kehidupan di atasnya

Sesekali layarnya mengembang tercerabut dari penyangganya
Oleng tak beraturan lalu membentur karang
saat itu hari sudah malam tapi bintangpun tak pula bersahabat

Kau coba berdiri dalam perahu layarmu
Memegang erat ujung-ujungnya dengan cekatan
meraihku dalam sebuah ikatan
supaya kita tak lagi jatuh dalam garangnya ombak lautan

Entah kali keberapa aku terlempar jauh dalam pekatnya badai malam itu
Percuma kuhitung karena kukira ku takkan selamat
Tapi kau yakinkanku ''badai pasti berlalu''
Yap, badai itu akan berlalu

Kaurengkuh aku dalam kepastianmu
Kau ciptakan sebuah taman surga yang akan menaungiku
Bukan dengan harta berlimpah, tapi cinta yang terus merekah

Berjalan menuju dunia baru
Sembilan Mei sudah berlalu
Kau aku dalam ''praoe lajar'' biru

Desember kini...
Kembangkan layarnya!
Ambil jangkar dan putar arahnya
Ku ingin ke utara
Sbab selatan tak lagi pantas untuk ditinggali
Segeralah, kita harus pergi...

Semarang, 6 Desember 2009

dedicated to husband and father of my two daughters
Happy Father's Day





klik My Facebook
join business

Rabu, 11 November 2015

Waspada, Penyakit Dalih Merajalela!

 

TAK terpernah terhitung berapa kali bertemu prospek dan melontarkan dalih atau alasan yang beragam. Kata-kata yang sebenarnya bisa jadi penolakan (awal) secara halus yang saya terima atau bahkan dengan tegas-tegas mengatakan TIDAK pada bisnis Moment yang saya tawarkan kala itu bahkan hingga saat ini.
 
Kalimat-kalimat seperti ‘’Aku nggak ada waktu, nggak bakat jualan apalagi nawarin bisnis, ahh susah deh bisnis begituan, aku di rumah saja emang bisa, atau aku nggak punya banyak teman, modal segitu mana ada uang, dan berderet dalih lainnya.
 
Pasti ya teman-teman sering nemuin prospek yang seperti ini. Sama saya juga. Hal inilah yang juga sempat membuat saya tidak fokus menjalankan bisnis di awal-awal saya join hingga selama berbulan-bulan.
Banyak alasan (iya) dan saya sudah terjangkiti wabah tersebut hahaha.... Dan akhirnya saya MENYESAL kenapa tidak dari awal aktif. Saat itu saya hanya khawatir pada pandangan orang tentang saya dan bisnis baru yang sedang dijalani. 
 
Gengsi IYA, sungkan pada upline dan downline di bisnis sebelumnya IYA.. Saya berpikir mungkinkah saya bisa berhasil di bisnis ini dan keragu-raguan itu timbul tenggelam cukup lama. Hingga saya mendapatkan momentum yang pas untuk kembali bangkit hingga saat ini.
 
Memang benar, kesangsian itu seperti menjadi kekuatan NEGATIF. Pun dengan rasa ragu dan tidak percaya karena itu seolah menjadi keinginan bawah sadar kita untuk gagal. Gambaran itu jelas didapat ketika kita membaca buku “ The Magic of Thinking Big” (Berpikir dan Berjiwa Besar) yang ditulis David J Schwartz.
Terjemahan e-Book yang saya dapatkan belum lama ini dari hasil mengikuti eBoot Camp session 1 dari Mba Asty (Triastuty Kusumaningtyas – Executive Director) benar-benar luar biasa.. 
 
Banyak yang gagasan yang bisa dijadikan pegangan hidup kita tidak hanya dalam hal berbisnis tapi bisa diterapkan dalam aspek apapun. Keberhasilan ataupun prestasi tentu menjadi tujuan hidup kita. Tak ada orang yang ingin hidup miskin dan sengsara. Sepakat yaa? Atas semua keinginan dan impian kita, mungkin tidak sedikit orang yang mengkerdilkan impian kita itu. Namun dengan sebuah kepercayaan yang tinggi bahwa kita dapat berhasil. Maka kita akan berhasil.
 
Di dalam buku The Magic of  Thinking Big ini kita bisa melihat bahwa jika kita percaya bisa melakukannya, maka pikiran kita pun akan berkembang dengan sendirinya untuk bisa mewujudkannya. Kepercayaan yang kuat menggerakkan pikiran untuk mencari jalan dan sarana serta cara melakukannya. Dan dari kepercayaan itulah kita akan membuat orang lain menaruh kepercayaannya kepada kita.
 
Terapi Dalih
Nah kembali lagi ke penyakit DALIH tadi, kira-kira sudah di level apakah yang kita alami? Masih di level yang awal dan belum parah ataukah sudah kronis? Harus diakui serangan tiba-tiba penyakit dalih akan memberikan berjuta alasan yang akhirnya menyebabkan KEGAGALAN.
Dari banyak pengalaman yang saya baca, orang yang SUKSES tak banyak melontarkan ALASAN. Tumpukan alasan itu bisa dibuat sebagai pembenar apa yang dilakukan hehehe... Jika penyakit dalih ini tidak diterapi dan terus berulang maka hal ini akan tertanam dalam pikiran kita.
David J Schwartz juga menuliskan beberapa dalih seperti soal kesehatan, lalu dalih intelegensi, dalih usia dan dalih nasib menjadi ungkapan yang paling banyak dilontarkan.
Butuh terapi? Tentu saja.
 
Dalih Kesehatan
Seringkali kita mengungkapkan alasan kondisi kesehatan atau pembatasan diri lainnya. Padahal di luar sana, tak sedikit orang dengan kondisi kesehatan/fisik yang mungkin jauh lebih buruk bisa menjalankan aktivitas ataupun usahanya. Faktanya di bisnis yang saya jalani misalnya, banyak juga orang yang berada di kursi roda atau memiliki suatu penyakit tetap konsisten menjalankannya tanpa banyak mengeluhkan kondisi fisik/penyakit yang dialaminya. Di luar bisnis ini, saya rasa juga banyak orang dengan keterbatasan fisik mampu menjalankan sebuah usaha.
 
Dalih Intelegensi
Sering kita dengar alasan nggak bakat, kurang cerdas, pendidikan cuma SMA, gaptek, dll. Dari situ kita bisa sama saja meremehkan kekuatan otak kita dan bahkan menganggap orang lain jauh lebih hebat, lebih cerdas. Padahal dari buku ini bisa kita ambil poin penting bahwa sebenarnya bukan seberapa banyak intelegensi yang kita miliki, tetapi bagaimana kita menggunakan apa yang benar-benar dimiliki. Nantinya, pikiran kitalah yang akan memandu intelegensi. Pikiran kita jauh jauhh lebih penting daripada berapa banyak intelegensi yang dimiliki.
 
Dalih Usia
Saya terlalu tua, mana bisa mengerjakan bisnis ini. Ataupun sebaliknya. Dalih semacam ini akan menutup pintu sukses kita. Untuk itu kita harus kembali melihat berapa lama lagi masa produktif yang dimiliki ke depan. Misalkan kita di usia 35 tahun dan kita merasa masih bisa produktif hingga 65 atau bahkan tahun ke 70 coba bayangkan masih berapa lama lagi waktu yang kita punya dan bisa dioptimalkan. Jangan juga terus berpikir duh seharusnya saya memulainya bertahun-tahun lalu, karena itu adalah pikiran gagal. Lebih baik berpikirlah : Saya akan memulainya SEKARANG dan berpikir positif bahwa usia bukan menjadi hambatan untuk sukses. Saya pasti BISA.
 
Dalih Nasib
Keberhasilan kita datang melalui perencanaan yang matang dan juga bagaimana mengusahakan yang terbaik. Hanya berangan-angan tanpa usaha, bagaikan mimpi di siang bolong dan hanya memboroskan waktu serta energi. Jangan menyalahkan nasib sebab bisa jadi usaha kita yang masih belum keras sehingga sukses itu belum diraih. Tetaplah berpikir positif sejalan dengan kerja keras serta tidak banyak mengeluh.
 
Ya kita memang harus berpikir besar, meski fakta yang terjadi sebagian besar dari kita manusia lebih sering untuk berpikir kecil. Lingkungan di sekitar menjadi salah satu faktor yang menarik pikiran kita untuk menjadi seseorang yang biasa-biasa saja, sedang-sedang saja.
Seperti kata Shakespeare, tidak ada yang baik atau buruk kecuali bahwa pikiran kitalah yang membuatnya demikian. Begitu pula dengan Nabi Daud yang menulis bahwa manusia sesungguhnya adalah apa yang ia pikirkan di dalam hatinya. 
 
Agar bisa berpikir besar, kita perlu juga mengembangkan kekuatan dan potensi kita untuk selalu kreatif. Pola pikir tradisional akan menghambat kemampuan kita untuk bisa berpikir kreatif. Untuk itu kita perlu terbuka terhadap gagasan baru. Hindarkan pikiran pasti tidak akan berhasil, sepertinya sulit, itu tindakan yang bodoh, tak ada gunanya, dkk. 
 
Sesekali pula buatlah aktivitas yang berbeda dalam hal apapun itu. Lalu berpikirlah progresif jangan regresif atau berpikir mundur. Orang yang sukses akan bertanya Bagaimana bisa mengerjakannya dengan lebih baik, dan bukan Dapatkah saya melakukannya dengan lebih baik. Orang sukses tahu dia pasti akan bisa menyelesaikannya, jadi berpikirlah besar supaya kita bisa lebih kreatif mencari jalan mencapai kesuksesan. 
 
Mau berapa lama lagi anda akan menonton kesuksesan kami para member Moment aktif? Untuk sukses tentu perlu sebuah langkah awal memulai bisnis. Mungkin berliku, pasti terjal namun yakinlah dari langkah kecil itu akan bisa memberikan lompatan besar menuju kesuksesan. Untuk detail informasi ataupun join silakan klik di sini
 

Modesta Fiska
Manager @Moment
ID 8034091
HP/WA 081325743939
BB 2A879BEA





 


Sugeng Tindak Romo Uskup

RIP Mgr Johannes Pujasumarta

Berjuang Melawan Kanker, Enggan Dirawat di Luar Negeri


Duka mendalam begitu dirasakan umat Katolik di Keuskupan Agung Semarang (KAS) atas kepergian Uskup Mgr Johannes Pujasumarta. Selama 1,5 tahun berjuang melawan kanker paru-paru yang dideritanya, romo Puja tak pernah mengeluh dan penuh totalitas dalam pelayanannya mewujudkan gereja papa miskin secara konkrit.

 

<B>KOMUNITAS<P> pelayanan sosial Garam Semarang bisa jadi salah satu inspirasi supaya umat Katolik khususnya kaum muda bisa ikut terlibat mendampingi anak-anak miskin kota. Gerakan yang digagas mantan Uskup Bandung yang sekitar tahun 1990-an masih berkarya sebagai rektor seminari ini bersama dengan para frater yang sedang menjalani Tahun Orientasi Rohani (TOR) di Wisma Sanjaya berkomitmen untuk melayani masyarakat ekonomi menengah ke bawah tanpa memandang agama.

Garam yang merupakan akronim dari garam dan ragi masyarakat yang terbentuk di tahun 1993 ini menjadi sarana menggugah kesadaran panggilan dan pelayanan sebagai umat gereja yang bisa membantu kaum miskin dan papa untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Semangat kesederhanaan dan pelayanan kepada mereka yang miskin ini begitu dihayati dalam kehidupan romo uskup yang meninggal di usianya yang ke-65 tahun itu akibat kanker paru-paru stadium empat. 

Banyak tawaran elit berobat ke luar negeri, tetapi uskup yang lima tahun ini berkarya di KAS menolaknya. Ia ingin cara hidup dan mati seperti umat kebanyakan. Itulah kenapa akhirnya beliau memutuskan selama dua bulan terakhir dirawat intensif di RS St Elisabeth Semarang. Dokter sendiri telah memvonis sakit kanker sejak 1,5 tahun silam dan selama masa itulah proses pengobatan terus dilakukan termasuk juga dengan herbal.



Menurut Rektor Seminari TOR Sanjaya Romo Matheus Djoko Setya Prakosa Pr, seminggu terakhir sebenarnya kondisi uskup sudah membaik, bahkan pada kemarin lusa sempat meminta kembali ke tempat tinggalnya di keuskupan. Tapi hal itu tak berlangsung lama karena kondisinya kembali menurun hingga harus dirawat. 

''Hanya menengok sebentar pulang ke keuskupan itu yang terakhir beliau pulang menengok tempat yang ditinggalinya. Sepertinya sudah pertanda beliau akan pergi dan beliau pun ingin dirawat intensif di Ruang Anna 402 RS St Elisabeth seperti umat biasa tidak mau di ICU ataupun sampai pergi ke luar negeri,'' ujar Romo Djoko.

Hingga sehari sebelum meninggal dunia pada Selasa (10/10), romo uskup sudah menyampaikan kepada kerabat mengenai kondisinya yang semakin drop. Hal ini pun disampaikan kepada Romo Djoko yang hampir setiap malam selalu mendampingi dalam doa malamnya.

''Beliau menyampaikan <I>aku wes ra iso opo-opo<P>. Saya terus menyemangati tetapi selanjutnya kami tidak bisa menangkap ucapannya diminta menulis apa maksudnya juga beliau tidak mau,'' paparnya.

Sampai menjelang tengah malam sebelum wafat, dokter juga para romo dan keluarga menyanyikan lagu Nderek Dewi Maria mengiringi kepergian uskup yang memiliki motto ''Duc In Altum'' (Lukas 5:4) itu dengan tenang. 

<B>Lintas Agama<P>
Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Pastor Aloys Budi Purnomo Pr mengisahkan pertemuannya sekitar 11 hari sebelumnya dimana uskup selalu tersenyum dan memberikan berkat. Dalam keadaan sakit, uskup juga meminta agar persaudaraan sejati bisa dibangun dan diwujudkan secara nyata khususnya dalam hal hubungan antarumat beragama.

''Beliau tidak pernah mengeluh dalam sakitnya dan apa yang dilakukannya sangat memperhatikan kepentingan orang miskin dan persaudaraan sejati,'' kata romo Budi.

Sebelumnya, pada 15 Oktober lalu, romo uskup yang juga menjadi Sekjen Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) tersebut sudah menerima Sakramen Perminyakan dari tangan Kardinal Julius Darmaatmadja SJ. 

Dalam kondisi kurang sehat, romo yang mendapatkan gelar doktor teologi spiritual saat studi di Universitas St. Thomas Aquinas Roma Italia itu juga masih berkenan untuk memberkati patung Bunda Maria setinggi 42 meter di Goa Maria Kerep Ambarawa Kabupaten Semarang pada 15 Agustus lalu. Patung tertinggi di Asia Tenggara itu diharapkan jadi simbol perdamaian antarmanusia di bumi.

''Meski sakit beliau berjuang dan bertahan memberikan kesaksian. Semangatnya luar biasa. KAS tentu sangat kehilangan tapi kita semua bersyukur atas karyanya selama ini serta kedekatannya dengan kaum papa miskin,'' ujar Romo Aloys Budi, Ketua Komisi Hubungan Antar Agama KAS.

Dalam persemayaman terakhirnya di Gereja Katedral Semarang pun ribuan umat datang silih berganti memberikan penghormatan terakhir. Tak kenal usia, kalangan atau bahkan umat beragama lain pun ikut berbaris rapi menuju peti jenasah uskup yang ditutup kaca untuk mendoakannya. Tak terkecuali Margaretha Sihmahargyani (40) warga MT Haryono Semarang yang menjadi mualaf sejak tahun 1997 tampak khusyuk berdoa di samping peti jenasah.

''Romo adalah orang baik yang selalu merangkul semua komunitas dan lintas agama. Meski saya dan suami muslim tapi anak saya menganut Katolik dan kami mengajarkan toleransi beragam di keluarga. Beliau sangat ramah dan menjadi teladan kami dalam kehidupan beragama, semoga akan ada romo lain seperti romo uskup yang bisa merangkul semua agama menjadi lebih harmonis,'' imbuhnya. 

Umat masih bisa memberikan penghormatan terakhir di Gereja Katedral Semarang hari Kamis (12/11) pagi ini karena jenasah akan diberangkatkan ke Seminari Tinggi Kentungan Yogyakarta setelah dilakukan ibadat pemberangkatan pagi pada pukul 08.00 WIB. Direncanakan hari Jumat (13/11), romo uskup akan dimakamkan di kompleks makam projo yang berada di seminari tinggi tersebut pada pukul 10.00 WIB. (Modesta Fiska- www.suaramerdeka.com)