Minggu, 22 November 2015

Pemimpin itu Panggilan Bukan ''Sambilan''


Jadi seorang pemimpin itu tidak cukup hanya punya kecerdasan ataupun tangan yang cekatan namun juga sebuah panggilan berbekal keteladanan. Pun dengan tiga calon walikota dan wakilnya yang akan memimpin Kota Semarang. Masyarakat khususnya umat beragama Katolik tentu menginginkan pemimpin yang menekankan pada pentingnya harkat dan martabat manusia sesuai prinsip ajaran sosial gereja.

SUASANA gayeng sejak awal sudah menyeruak dalam diskusi Public Hearing ''Harmoni untuk Semarang'' dengan moderator Den Baguse Ngarso di Gedung Sukasari Gereja Katedral Semarang, akhir pekan lalu. Kegiatan yang digelar Penghubung Karya Kerasulan Kemasyarakatan (PK3) Kevikepan Semarang itu jauh dari kesan adu mulut atau debat kusir yang seringkali kita lihat di televisi saat para calon walikota diminta hadir dalam sebuah acara.

Atmosfer kekeluargaan justru makin terasa karena Romo moderator PK3 YB Haryono MSF sengaja meminta calon walikota membawa serta istrinya. Pada kesempatan itu cawali nomer urut 1 Soemarmo HS datang bersama istri serta wakilnya Zuber Safawi, begitu juga calon wakil walikota nomer urut 3 Agus Sutyoso yang membawa serta istri serta putranya karena Sigit Ibnugroho berhalangan hadir. Sementara Hendrar Prihadi, cawali nomer urut 2 datang dengan calon wakilnya saja Hevearita Gunaryanto Rahayu.

Menurut Romo Haryono, jadi pemimpin itu adalah sebuah panggilan dan bukan ''sambilan'' dimana harus berani menjumpai, mendengarkan serta berbela rasa. ''Tidak menjumpai karena banyak sedikit kekayaan, suku terbesar atau terkecil tetapi menjumpai secara pribadi. Pemimpin mengerti rakyatnya dan bisa menjadi berkat bagi masyarakat. Keteladanan yang dibutuhkan pada jaman sekarang tak hanya kesederhanaan tapi juga kejujurannya,'' ungkap Romo Haryono menyampaikan pengantar di hadapan ratusan perwakilan umat Katolik serayon Semarang serta organisasi sosial kemasyarakatan Katolik.

Den Baguse Ngarso pun langsung melempar pertanyaan kepada para calon pemimpin kota ini dengan menanggapi hal menarik apa yang disampaikan romo Haryono. ''Apa menurut anda yang menarik disampaikan romo tadi? Kata-katanya saja ya, kalau orangnya nggak usah ditanggapi wong gak menarik,'' seloroh Den Baguse disambut tawa umat.

Soemarmo menyatakan sangat penting pemimpin bisa menciptakan kesehjateraan warganya dan seperti apa sikap yang harus dilakukan. Sedangkan Hendrar Prihadi yang akrab disapa Hendi mengaku tertarik ketika romo menyampaikan bagaimana umat Katolik harus berpartisipasi aktif menggunakan hak pilihnya. Agus melihat bagaimana pentingnya keteladanan dan kedekatan dengan masyakat.

Dalam hal kesiapan pasangan (wakil walikota) bertugas ke depan juga jadi obyek pertanyaan.

''Kita tahu kalau ada walikota yang berhasil itu yang terkenal ya walikotanya. Kalau gagal ya sampeyan (wakilnya) melu ditotoki. Bagaimana menurut anda,'' tanya seniman yang punya nama asli Susilo Nugroho itu.

Hevearita menegaskan sebagai wakil seperti kepala dengan kaki, dirinya bersama Hendi selalu melengkapi. ''Itu tanggungjawab bersama. Kami siap,'' ujarnya. Zuber pun menyatakan, jika melakukan tugas dengan ikhlas sesuai hati nurani maka seberat apapun dengan tekanan luar biasa atau tidak pasti akan lebih siap. Senada, Agus berpendapat keikhlasan itu yang utama sebab dengan ikhlas, stres bisa dikelola dengan baik apalagi dengan dukungan keluarga.

Para calon itu pun diajak ''ngrasani'' pemimpin yang memberikan kesan atau diidolakan. Bagaimana program mereka bisa diaplikasikan di Kota Semarang. Lalu diminta pendapat soal apa saja kebaikan para istri yang setia mendampingi di tengah kesibukan hingga nanti akhirnya menjadi istri seorang walikota.

''Istri saya orangnya sangat setia dalam kondisi apapun. Dan beliau gemar berpuasa Senin-Kamis bahkan juga di weton anak-anaknya,'' ujar Soemarmo.

Hendi meski istrinya tidak ikut hadir tetapi mengaku bahwa dukungan istri sangat luar biasa di tengah kesibukannya. ''Cantik itu relatif. Tapi yang jelas beliau sangat bisa mengerti kesibukan saya,'' ujarnya.

Sementara Agus yg pernah menjabat sebagai Dirut PDAM Semarang itu mengaku sangat didukung istrinya untuk maju dalam pilkada. ''Sampai nanti jika terpilih pun kita tetap tidak bisa melupakan peran sebagai kepala rumah tangga. Tetapi yang jelas istri sudah mengetahui betul kesibukan dan terus mendukung karir saya,'' ungkapnya.

Hingga <I>closing statement<P> umat yang hadir pun dibuat terkejut karena Soemarmo menyanyikan lagu ''Bagi Tuhan Tak Ada yang Mustahil''. Lagu rohani universal ini dinyanyikan begitu menyentuh dan hampir sempurna kalau menurut saya sebagai pendengar. Belakangan baru saya tahu Soemarmo hanya berlatih sehari sebelumnya selama beberapa jam saja.

Agus Sutyoso pun tak mau ketinggalan menyanyikan ''Unchained Melody'' sembari sesekali melirik ke text dari ponselnya. Berbeda dengan dua calon lainnya Hendi dan Ita menutup acara dengan menyampaikan dukacita atas meninggalnya Uskup Mgr Johannes Pujasumarta dan meminta umat berpartisipasi memberikan hak pilihnya pada 9 Desember nanti.

Jadi umat Katolik jangan sampai apolitis dan tidak peduli pada momentum pilkada nanti ya. Bagaimanapun kita diharapkan bisa berpartisipasi memberikan suaranya untuk memilih calon pemimpin Kota Semarang lima tahun ke depan. Pilih sesuai hati nurani, pilih yang memiliki prinsip pemimpin seperti ajaran rohani Katolik dan seperti kata Romo Haryono pilih pemimpin yang bisa mengubah sejarah bukan hanya sekadar bisa ikut arus mengalir saja mengikuti sejarah. (Modesta Fiska-)

Klik My Facebook
Klik My Business 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar