Rabu, 11 November 2015

Waspada, Penyakit Dalih Merajalela!

 

TAK terpernah terhitung berapa kali bertemu prospek dan melontarkan dalih atau alasan yang beragam. Kata-kata yang sebenarnya bisa jadi penolakan (awal) secara halus yang saya terima atau bahkan dengan tegas-tegas mengatakan TIDAK pada bisnis Moment yang saya tawarkan kala itu bahkan hingga saat ini.
 
Kalimat-kalimat seperti ‘’Aku nggak ada waktu, nggak bakat jualan apalagi nawarin bisnis, ahh susah deh bisnis begituan, aku di rumah saja emang bisa, atau aku nggak punya banyak teman, modal segitu mana ada uang, dan berderet dalih lainnya.
 
Pasti ya teman-teman sering nemuin prospek yang seperti ini. Sama saya juga. Hal inilah yang juga sempat membuat saya tidak fokus menjalankan bisnis di awal-awal saya join hingga selama berbulan-bulan.
Banyak alasan (iya) dan saya sudah terjangkiti wabah tersebut hahaha.... Dan akhirnya saya MENYESAL kenapa tidak dari awal aktif. Saat itu saya hanya khawatir pada pandangan orang tentang saya dan bisnis baru yang sedang dijalani. 
 
Gengsi IYA, sungkan pada upline dan downline di bisnis sebelumnya IYA.. Saya berpikir mungkinkah saya bisa berhasil di bisnis ini dan keragu-raguan itu timbul tenggelam cukup lama. Hingga saya mendapatkan momentum yang pas untuk kembali bangkit hingga saat ini.
 
Memang benar, kesangsian itu seperti menjadi kekuatan NEGATIF. Pun dengan rasa ragu dan tidak percaya karena itu seolah menjadi keinginan bawah sadar kita untuk gagal. Gambaran itu jelas didapat ketika kita membaca buku “ The Magic of Thinking Big” (Berpikir dan Berjiwa Besar) yang ditulis David J Schwartz.
Terjemahan e-Book yang saya dapatkan belum lama ini dari hasil mengikuti eBoot Camp session 1 dari Mba Asty (Triastuty Kusumaningtyas – Executive Director) benar-benar luar biasa.. 
 
Banyak yang gagasan yang bisa dijadikan pegangan hidup kita tidak hanya dalam hal berbisnis tapi bisa diterapkan dalam aspek apapun. Keberhasilan ataupun prestasi tentu menjadi tujuan hidup kita. Tak ada orang yang ingin hidup miskin dan sengsara. Sepakat yaa? Atas semua keinginan dan impian kita, mungkin tidak sedikit orang yang mengkerdilkan impian kita itu. Namun dengan sebuah kepercayaan yang tinggi bahwa kita dapat berhasil. Maka kita akan berhasil.
 
Di dalam buku The Magic of  Thinking Big ini kita bisa melihat bahwa jika kita percaya bisa melakukannya, maka pikiran kita pun akan berkembang dengan sendirinya untuk bisa mewujudkannya. Kepercayaan yang kuat menggerakkan pikiran untuk mencari jalan dan sarana serta cara melakukannya. Dan dari kepercayaan itulah kita akan membuat orang lain menaruh kepercayaannya kepada kita.
 
Terapi Dalih
Nah kembali lagi ke penyakit DALIH tadi, kira-kira sudah di level apakah yang kita alami? Masih di level yang awal dan belum parah ataukah sudah kronis? Harus diakui serangan tiba-tiba penyakit dalih akan memberikan berjuta alasan yang akhirnya menyebabkan KEGAGALAN.
Dari banyak pengalaman yang saya baca, orang yang SUKSES tak banyak melontarkan ALASAN. Tumpukan alasan itu bisa dibuat sebagai pembenar apa yang dilakukan hehehe... Jika penyakit dalih ini tidak diterapi dan terus berulang maka hal ini akan tertanam dalam pikiran kita.
David J Schwartz juga menuliskan beberapa dalih seperti soal kesehatan, lalu dalih intelegensi, dalih usia dan dalih nasib menjadi ungkapan yang paling banyak dilontarkan.
Butuh terapi? Tentu saja.
 
Dalih Kesehatan
Seringkali kita mengungkapkan alasan kondisi kesehatan atau pembatasan diri lainnya. Padahal di luar sana, tak sedikit orang dengan kondisi kesehatan/fisik yang mungkin jauh lebih buruk bisa menjalankan aktivitas ataupun usahanya. Faktanya di bisnis yang saya jalani misalnya, banyak juga orang yang berada di kursi roda atau memiliki suatu penyakit tetap konsisten menjalankannya tanpa banyak mengeluhkan kondisi fisik/penyakit yang dialaminya. Di luar bisnis ini, saya rasa juga banyak orang dengan keterbatasan fisik mampu menjalankan sebuah usaha.
 
Dalih Intelegensi
Sering kita dengar alasan nggak bakat, kurang cerdas, pendidikan cuma SMA, gaptek, dll. Dari situ kita bisa sama saja meremehkan kekuatan otak kita dan bahkan menganggap orang lain jauh lebih hebat, lebih cerdas. Padahal dari buku ini bisa kita ambil poin penting bahwa sebenarnya bukan seberapa banyak intelegensi yang kita miliki, tetapi bagaimana kita menggunakan apa yang benar-benar dimiliki. Nantinya, pikiran kitalah yang akan memandu intelegensi. Pikiran kita jauh jauhh lebih penting daripada berapa banyak intelegensi yang dimiliki.
 
Dalih Usia
Saya terlalu tua, mana bisa mengerjakan bisnis ini. Ataupun sebaliknya. Dalih semacam ini akan menutup pintu sukses kita. Untuk itu kita harus kembali melihat berapa lama lagi masa produktif yang dimiliki ke depan. Misalkan kita di usia 35 tahun dan kita merasa masih bisa produktif hingga 65 atau bahkan tahun ke 70 coba bayangkan masih berapa lama lagi waktu yang kita punya dan bisa dioptimalkan. Jangan juga terus berpikir duh seharusnya saya memulainya bertahun-tahun lalu, karena itu adalah pikiran gagal. Lebih baik berpikirlah : Saya akan memulainya SEKARANG dan berpikir positif bahwa usia bukan menjadi hambatan untuk sukses. Saya pasti BISA.
 
Dalih Nasib
Keberhasilan kita datang melalui perencanaan yang matang dan juga bagaimana mengusahakan yang terbaik. Hanya berangan-angan tanpa usaha, bagaikan mimpi di siang bolong dan hanya memboroskan waktu serta energi. Jangan menyalahkan nasib sebab bisa jadi usaha kita yang masih belum keras sehingga sukses itu belum diraih. Tetaplah berpikir positif sejalan dengan kerja keras serta tidak banyak mengeluh.
 
Ya kita memang harus berpikir besar, meski fakta yang terjadi sebagian besar dari kita manusia lebih sering untuk berpikir kecil. Lingkungan di sekitar menjadi salah satu faktor yang menarik pikiran kita untuk menjadi seseorang yang biasa-biasa saja, sedang-sedang saja.
Seperti kata Shakespeare, tidak ada yang baik atau buruk kecuali bahwa pikiran kitalah yang membuatnya demikian. Begitu pula dengan Nabi Daud yang menulis bahwa manusia sesungguhnya adalah apa yang ia pikirkan di dalam hatinya. 
 
Agar bisa berpikir besar, kita perlu juga mengembangkan kekuatan dan potensi kita untuk selalu kreatif. Pola pikir tradisional akan menghambat kemampuan kita untuk bisa berpikir kreatif. Untuk itu kita perlu terbuka terhadap gagasan baru. Hindarkan pikiran pasti tidak akan berhasil, sepertinya sulit, itu tindakan yang bodoh, tak ada gunanya, dkk. 
 
Sesekali pula buatlah aktivitas yang berbeda dalam hal apapun itu. Lalu berpikirlah progresif jangan regresif atau berpikir mundur. Orang yang sukses akan bertanya Bagaimana bisa mengerjakannya dengan lebih baik, dan bukan Dapatkah saya melakukannya dengan lebih baik. Orang sukses tahu dia pasti akan bisa menyelesaikannya, jadi berpikirlah besar supaya kita bisa lebih kreatif mencari jalan mencapai kesuksesan. 
 
Mau berapa lama lagi anda akan menonton kesuksesan kami para member Moment aktif? Untuk sukses tentu perlu sebuah langkah awal memulai bisnis. Mungkin berliku, pasti terjal namun yakinlah dari langkah kecil itu akan bisa memberikan lompatan besar menuju kesuksesan. Untuk detail informasi ataupun join silakan klik di sini
 

Modesta Fiska
Manager @Moment
ID 8034091
HP/WA 081325743939
BB 2A879BEA





 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar